METODOLOGI
STUDI ISLAM
Dosen
Pembimbing :
Nama
: ILHAM ALFARISSI CIBRO
NIM
: 175231161
Judul
Buku : Metode Studi Islam
Pengarang
: Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A.
Penerbit : PT RajaGrafindo Persada
Tahun
Cetak I : 1998
Cetakan
: Ke-6, Oktober 2001
Kota
: Jakarta
Jumlah
Halaman : 406 Halaman
ISBN
: 979-421-706-9
Kehadiran islam yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Menjadi
suata yang dapat menjamin terwujudnya kehidupan sejahtera, bahkan didalamnya
terdapat banya sebuah pencerahan yang menuju sebuah kebaikan, baik demi manusia
itu peibadi dan serta alam atau yang ada di bumi ini, dan mengatur segala hal
yang lain, seperti pemerintahan, perang dan sebaginya.
Serta
dalam ajaran islam itusendiri mayoritas mengacu kepada
sosial. dalam suatu penelitian bahwasnya alqur’an memiliki ha-hal yang menujukan tentang kepedulian dalam sosial. Pertama dalam al
qur’an dan hadits terbesar ditujukan kepada lingkungan dan hubungan sosial,
kedua dalam urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah, maka
ibadah boleh disingkat atau ditangguhkan
(namun tidak ditinggalkan). Ketiga, juga
ibadah yang mengandung unsur kemasyarakatan
lebih besar daripada ibadah yang bersifat individu. Keempat, bila urusan ibadah dilakukan
karena melanggar pantangan tertentu, maka ganjaran atau kafaratnya dengan menebus dengan sesuatu yang
berhubungan dengan sosial kemasyarakatan.
Namun yang sangat mengecewakan, kenyataan
islam sekarang ini menampilkan keadaan yang jauh dari cita ideal tersebut.
Ibadah yang dilakukan umat islam seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan
sebagainya hanyalah sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan dengan tanpa ada
nilai dimensi lain yang merupakan buah dari ibadah tersebut terutama dalam
masalah sosial. Sehingga seolah olah agama hanyalah urusan individu,
penyelamatan individu tanpa ada keberkahan sosial. Dan seakan akan agama bahkan
tuhan sekalipun tidak hadir dalam problematika sosial kita walaupun nama-Nya
sering kita dengarkan berkumandang dimana mana.
Syafi’i ma’arif dalam suatu kesempatan
mengatakan bahwasanyApenyebab dari kesenjangan
antara citra islam dengan kenyataannya adalah yang pertama karena kualitas
keagamaan umat yang masih rendah. Menurutnya proses islamisasi sesungguhnya
secara kualitatif belum pernah mencapai tingkatnya yang sempurna, yang kedua
cara umat islam sendiri yang keliru dalam memahami islam, Islam yang muatan
ajaran banyak berkaitan dengan masalah masalah sosial ternyata belum dapat diangkat
kepermukaan disebabkan metodee dan pendekatan yang kurang komprehensif atau
menyeluruh.
A. PENGERTIAN AGAMA
a. Secara etimologi
(kebahasaan).
Mengartikan agama dari sudut kebahasaan
akan terasa lebih mudah daripada mengartikan agama dari sudut istilah karena
pengertian agama dari sudut istilah ini sudah mengandung muatan subjektivitas
dari oang yang mengartikannya. Lain halnya dengan dari segi bahasa, pengertian
agama dari segi bahasa dapat kita ikuti antara lain uraian yang diberikan harun
nasution. Menurutnya, dalam masyarakat indonesia selain dari kata agama,
dikenal pula kata “din” dari bahasa arab dan kata religi dalam bahasa eropa. Ia
mengatakan bahwa agama dari bahasa sanskerta tersusun dari 2 kata yaitu a=tidak
dan gam =pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi secara
turun temurun. Hal menunjukkan pada salah satu sifat agama yaitu diwarisi
secara turun temurun dari satu generasi ke generasi lainnya. Kemudian ada yang
mengatakan artinya adalah teks dan kitab suci, tuntunan yang berarti
tuntunan bagi kehidupan manusia.
b. Secara terminologi
Adapun pengertian agama dari segi istilah
dapat dikemukakan sebagai berikut. Elizabet nottingham dalam bukunya
agama dan masyarakat berpendapat bahwa agama adalah gejala yang begitu sering
terdapat dimana mana sehingga sedikit membantu usaha usaha kita untuk membuat
abstraksi ilmiah. Lebih lanjut Nottingham mengatakan bahwa agama berkaitan
dengan usaha usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaannya
sendiri dan keberadaaan alam semesta. Agama telah menimbulkan Khayalnya yang
paling luas dan juga digunakan untuk membenarkan kekejaman orang yang luar
biasa terhadap orang lain. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang
paling sempurna dan juga perasaan takut dan ngeri. Dan durkheim mangatakan
bahwa agama adalah pantulan dari solidaritas sosial. Bahkan kalau dikaji,
katanya, tuhan itu sebenarnya adalah ciptaan masyarakat.
TEORI-TEORI PENELITIAN AGAMA
Studi islam dapat
dikaji dengan menggunakan berbagai teori dan pendekatan yang selama ini banyak
dijumpai dalam ilmu-ilmu sosial, seperti ilmu ekonomi, ilmu politik,
kebudayaan, sejarah dan lain sebagainya. Hal ini dimungkinkan terjadi karena
agama Islam sebagaimana diketahui memiliki cakupan yang amat luas dan
menjangkau seluruh aspek kehidupan manusia, sehingga pada aspek manapun manusia
dapat menangkapnya dengan baik.
Namun demikian perlu
dicatat bahwa penggunaan teori dan pendekatan tersebut bukan ditujukan untuk
menguji benar tidaknya aspek esensi ajaran Islam yang bersifat normatif atau
ajaran yang terdapat dalam al-Quran dan as-Sunnah, karena ajaran yang terdapat
dalam kedua sumber tersebut diakui mutlak benar. Yang dijadikan obyek
penelitian adalah berkenaan aspek lahiriah atau aspek pengamalan dari ajaran
wahyu tersebut.
MODEL PENELITIAN TAFSIR
A. PENGERTIAN TAFSIR DAN FUNGSINYA
Tafsir berasal dari
bahasa Arab, fassara-yufassiru-tafsiran yang berarti
penjelasan, pemahaman, dan perincian. Selain itu tafsir juga berarti al-idlah
wa al-tabyin yaitu penjelasan dan keterangan. Adapun 3 ciri utama
tafsir yaitu sebagai berikut:
1. Dilihat dari segi obyek pembahasannya adalah
kitabullah (al-Quran) dan di dalamnya terkandung firman Allah SWT. yang
diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW. melalui malaikat Jibril
2. Dilihat dari segi tujuannya adalah untuk
menjelaskan, menerangkan, menyingkap kandungan al-Quran sehingga dapat dijumpai
hikmah, hukum, ketetapan, dan ajaran yang terkandung di dalamnya
3. Dilihat dari segi sifat dan kedudukannya
adalah hasil penalaran, kajian dan ijtihad para mufassir yang didasarkan pada
kesanggupan dan kemampuan yang dimilikinya, sehingga suatu saat dapat ditinjau
kembali
Model penelitian
tafsir adalah suatu contoh, ragam, acuan atau macam dari penyelidikan secara
seksama terhadap penafsiran al-Quran yang pernah dilakukan generasi terdahulu
untuk diketahui secara pasti tentang berbagai hal yang terkait dengannya.
B. LATAR BELAKANG PENELITIAN
TAFSIR
Penafsiran dilakukan
setelah Rasul SAW wafat, sehingga para sahabat terpaksa berijtihad. Pada
mulanya usaha penafsiran ayat-ayat alquran berdasarkan ijtihad masih sangat
terbatas dan terikat dengan kaidah-kaidah bahasa serta arti-arti yang
terkandung oleh satu kosakata.
C. MODEL-MODEL PENELITIAN TAFSIR
Model penafsiran
al-Quran yang dilakukan oleh ulama tafsir adalah sebagai berikut:
1. Model Quraish Shihab
2. Model Ahmad Al-Syarbashi
3. Model Syekh Muhammad al-Ghazali
Comments
Post a Comment