TUGAS METODELOGI
STUDY ISLAM
Nama : Ardhi Tri
Prasetyo
NIM : 175231162
Kelas :
Perbankan Syariah / 2D
Buku
Dr. Ismail Yahya, MA
metodologi studi islam
sejarah dan metode ilmu-ilmu keislaman
di masa klasik
Penerbit : Kaukaba Dipantara
cetakan 1 : 2016
Jumlah Halaman : 68 halaman
ISBN :978-602-1508-58-9
surakarta
Belajar
diperguruan tinggi islam merupakan keinginan semua orang tetapi dalam belajar
tentang agama hanya beberapa orang yang menginginkannya, dikarenakan belajar
atau memperlajari sesuatu yang tidak disukai bisa saja menjadi faktor orang
yang tidak mau mempelajarinya, tetapi orang belajar tentang agama agar dapat
berubah dalam segi sifat maupun pola pikir orang tersebut. Kekhususan belajar
Islam di perguruan tinggi Islam terletak
pada
aspek metodologi yang digunakan di dalam mengkaji dan meneliti Islam, yang
menjadi fokus utama ini. Bila pada lembaga-lembaga pendidikan Islam yang
mengajarkan ‘ulūmuddīn, maka titik tekannya adalah pada aspek pendalaman dan
penguasaan materi ajaran agama Islam (tafaqquh fi ad-dīn). Namun pada perguruan
tinggi Islam yang mengajarkan Islamic Studies, maka titik tekannya tidak saja
pada tafaqquh fi ad-dīn (dalam pengertian materinya), namun juga pada
penguasaan metodologi di dalam mengkaji dan meneliti Islam (tafaqquh fi
al-manhaj). Dalam berbagai bidang metodelogi dapat di gambarkan dalam berbagai
bidang pembelajaran.
A.ISLAM
DAN ILMU PENGETAHUAN
Dorongan
Islam Mencari Ilmu Pengetahuan Islam sangat mendorong umatnya untuk mencari
ilmu. Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad memerintahkan umat Islam untuk membaca
dan mencari ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahad, dikarenkan belajar
atau memperlajari islam termasuk berjihad dijalan Allah SWT, Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga apabila orang tersebut mencari ilmu.
“Allah mengangkat
orang-orang yang beriman dari engkau semua dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan dengan beberapa derajat.” (Al-Mujādalah: 11). Sudah dijelaskan juga
dalam surat diatas kebaikan apa yang akan didapatkan oleh orang yang menuntut
ilmu.
Dalam berbagai bidang
pendidikan islam dahulu terdiri di beberapa wilayah didunia
Pusat Pengetahuan dan
Pendidikan Islam
1. Wilayah Timur
(Madinah, Syam, Baghdad, Persia, Mesir) Madinah sebagai kota Nabi harus disebut
pertama sebagai pusat pengetahuan dan pendidikan Islam dulu .
2. Wilayah Barat : Cordova dalam masa Khilafah
Umayyah memulai perluasan Islam ke
wilayah barat dimulai dari penaklukan Afrika Utara (Tunisia, Aljazair,
dan Marokko) dan menyeberang ke Andalusia (Spanyol). Andalusia berhasil
ditaklukkan
pada
tahun 711. Pada tahun 756, Abdurrahman I (Ad-Dakhil) pangeran dari khilafah
Umayyah di Damaskus melarikan diri dari
kejaran khilafah Abbasiyah menuju Andalusia dan menjadi khalifah disana.
Kemudian menjadi menara ilmu dan kemajuan Islam di wilayah barat yang bisa
dikatakan menjadi tandingan Baghdad di wilayah timur.
Dari
yang kita ketahui setelah umat islam memiliki tempat dan wilayah pendidikan
tersebut dilakukannya membuat Organisasi
Pendidikan Islam diwilayah tersebut seperti :
1.Halaqah merupakan
bentuk sederhana dari organisasi pendidikan Islam klasik dengan cara membuat
lingkaran yang seorang guru yang berada diatas mimbar dan muridnya duduk
memutar berbentuk lingkaran.
2. Maktab atau Kuttab
(sekolah menulis) merupakan kegiatan dimana para murid belajar dirumah guru
atau pengajarnya, Di maktab para sisiwa bisa belajar Al-Qur’an, agama, puisi,
menunggang kuda, berenang, peribahasa terkenal, ilmu hitung, tata bahasa,
adab/moral, menulis indah.
3. Sekolah Istana Model
seperti ini diselenggarakn di istana kerajaan.dan masih banyak lagi.
B.
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DI DUNIA ISLAM
Lahirnya
Ilmu Pengetahuan di dalam Islam Menurut Huda ‘Abdurrazzaq ath-Tha’i dalam Ushul
at-Ta’lim fi al-Islam (tt: 135-137) pada masa Nabi ilmu-ilmu yang wajib
diajarkan meliputi menelaah Al-Qur’an, menghafal Hadis, bahasa Arab dan adab.
Dan pada masa Khalifah Rasyidun terus berlanjut. Sedang menurut Hassan Ibrahim
Hassan ilmuilmu yang pertama-tama berkembang di dalam sejarah Islam pada masa
Khilafah Umayyah adalah apa yang disebut dengan ilmu-ilmu agama (al-‘ulūm
an-naqliyyah atau al-‘ulūm asy-syar‘iyyah, belakangan Al-Ghazalī menyebutnya
‘ulūmuddin (lihat karya Iḥyā’ ‘Ulūmuddīn: Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama),
seperti:
1. Al-Qur’an dan
tafsirnya,
2. Ilmu Tafsir
3. Ilmu Qira’ah
4. Fiqh
5. Nahwu (Tatabahasa
Arab)
6. Hadis dan ilmunya,
7. Ilmu penulisan kamus
bahasa
Klasifikasi
Ilmu Pengetahuan dalam Islam
Klasifikasi
ilmu pengetahuan dimaksudkan sebagai perkembangan atau progres ilmu pengetahuan
dari disiplin yang general kepada disiplin yang lebih spesifik, menghasilkan
disipilindisiplin ilmu yang terletak di bawah disiplin yang lebih umum.
Tradisi
Bayānī, Burhānī, dan ‘Irfānī
Dalam
dunia Islam kontemporer Islam, persoalan nalar Islam atau nalar Arab menjadi
tema utama dua tokoh Muslim yaitu Mohammed Arkoun dan Muhammad ‘Abid al-Jabiri.
Kalau yang pertama dengan jelas menggunakan istilah nalar Islam, sementara yang
terakhir memilih menggunakan istilah nalar Arab. Namun keduanya sepakat tentang
perlunya melakukan kritik (Arab: naqd) terhadap pemikiran dan warisan tradisi bangsa
Arab Muslim.
Metode
Memperoleh Ilmu dalam Tradisi Keilmuan Islam
Metode
hafalan dan tulisan merupakan dua cara dalam tradisi Islam untuk melestarikan
ajaran agama, khususnya Al-Qur’an dan Hadis, dan mengembangkan ilmu
pengetahuan. Isnād dan Metode Transmisi Keilmuan Islam Sebelumnya pembahasan
dilakukan terhadap tradisi keilmuan Islam dalam bentuk tulisan yang melahirkan
syarḥ sebagai salah satu bentuk seni (Arab: fan) kepengarangan di dalam Islam. Pembahasan
berikut ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana tradisi keilmuan Islam tersebut
ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam bukunya Arabic
Books,9 Pedersen (1996: 40) menceritakan tradisi transmisi ilmu di dalam Islam:
Metode
memperoleh ilmu, disusun berdasarkan dari tingkat yang tertinggi:
1. As-Simā‘ yaitu
seorang murid mendengar informasi- informasi yang disampaikan gurunya yang
berasal dari hafalan sang guru, atau sang guru membaca kitabnya.
2. Al-Qirā’ah ‘alā
asy-Syaikh yaitu seorang murid membaca di hadapan gurunya sebuah buku, atau dia
menyampaikan hafalannya kepada guru, sementara gurunya mengoreksi apakah ada
yang salah atau tidak
3. As-Simā‘ ‘alā
asy-Syaikh bi Qirā’ah Gairih yaitu seorang murid mendengar di hadapan guru
bacaan murid lainnya.
4. Al-Ijāzah
(sertifikasi) itu ada dua bentuk: pertama, seorang guru yang telah diberikan ijazah
memberikan ijazah atau izin kepada seseorang untuk meriwayatkan teksnya secara
tepat. Kedua, seseorang memberikan ijazah atau izin untuk meriwayatkan kitab kitab
tanpa menyebut rinciannya.
5. Al-Munāwalah yaitu
bilamana seorang guru memberikan kepada muridnya asli kitabnya yang sang guru riwayatkan,
atau sang guru memberi muridnya naskah yang ada di tangannya.
6. Al-Kitābah atau
al-Mukātabah yaitu seorang guru menggandakan sendiri sebuah naskah dari
kitabnya, atau dari riwayat-riwayatnya, dan memberikannya kepada muridnya, atau
dikirim ke seseorang.
7. Al-Wijādah yaitu
memanfaatkan atau menggunakan salah satu kitab dan menukil darinya tanpa ada
riwayat dari pengarangnya atau dari transmitternya.
C.
ILMU-ILMU KEISLAMAN:METODE DAN SUMBER
Seperti
pernah disinggung di atas, bahwa ilmu-ilmu keislaman merupakan ilmu-ilmu yang
lahir atau diproduksi dari rahim agama Islam. Secara umum teks baik Al-Qur’an
dan Hadis, sebagai fondasi asli nilai-nilai masyarakat Islam, merupakan objek
pengkajian yang dilakukan oleh ulama, terlebih setelah dilakukan pembukuan, dengan
basis pendekatan: kebahasaan dan periwayatan. Ar-Risalah karya Imam Asy-Syafi’i
(150-204) dalam bidang Ushul Fiqh dianggap sebagai karya awal yang membahas
pertanyaan
1 M.A. Fattah Santoso,
Perkembangan Pendekatan Penelitian (Kualitatif)
Dalam
bidang tafsir Al-Qur’an
Dalam
bidang tafsir dapat diartikan atau dibedakan berdasarkan kategori misalnya :
1. Jami’ul Bayan fi
Tafsir Al-Qur’an karya Ath-Thabari
2. Bahr al-Ulum karya
Abu Laits as-Samarqandi Yusuf,
3. Al-Kasyf wal Bayan
‘an Tafsir Al-Qur’an karya Abu Ahmad ats- Tsa’labi an-Naisaburi
Setelah
masa penafsiran diatas Pada abad ke-5 Hijriyah , pembukuan tafsir terlepas dari
metode para ahli Hadis, dan dikenal metode mereka dengan istilah tafsir
bir-ra’yi. Di antara kitab-kitab tafsir dengan metode ini:
1. Al-Kasysyaf karya
Az-Zamakhsyari
2. Mafatih al-Ghaib
karya Fakhruddin ar-Razi
Bisa disimpulkan bahwa study islam memiliki arti sebagai cara untuk menyebarkan agama
Dalam pengertian lain study islam itu mempelajari islam yang realitas.
presentase Plagramme
Comments
Post a Comment